Selamat datang Jayapura |
Catatan
perjalanan ke Papua
Keberangkatanku
ke Papua untuk pertama kalinya di bulan Juni 2009 bisa dibilang surprise atau
give dari yang di-Atas atau tombo ati, aku tidak tahu.
Semua berawal
ketika baru beberapa hari aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat
bernaungku mencari duit selama lima tahun terakhir disebuah radio penyiaran lokal
yang ada di Semarang. Juga tak lama aku ketiban apes karena gadget yang lumayan
canggih dan biasa kugunakan untuk menyimpan semua tetek bengek hal nggak
penting sampe hal penting terorganiser di dalamnya. Harus amblas karena
keteledoranku. Aku mengambil uang di ATM dan menaruh hape di mesin anjungan.
Setelah selesai, aku ngacir begitu saja karena terburu-buru dan melupakan
barang berhargaku di situ. Setelah ku urus aku menyaksikan dengan jelas dari
kamera CCTV seorang laki-laki muda mengambil dan mengantongi hapeku dengan
tenangnya..dan aku nggak bisa berbuat apapun kecuali mengumpat....siiiaaall.
Setelah itu, rasa
malas, jengkel dan emosi tingkat tinggi menderaku. Dan tempat paling nyaman
adalah kamar. Untuk beberapa hari aku lebih suka menghabiskan waktu di kamar.
Selain karena aku baru kehilangan pekerjaan juga hape, plus mood. Pekerjaan
lain sebagai koresponden radio asing bisa kulakukan tidak setiap hari. Bisa
dibilang hidupnya saat itu santai dengan kantong yang santai pula.
***
Siang (sekitar
pukul 14.00) teman koresponden yang ada di Jakarta menelepon.
”WWF ngajak ke Papua
Non, mau nggak? Sayang lho kalau nggak diambil. Kalau mau aku konfirm ke panitia.
Nanti yang ngatur dari Jakarta,” kata Zaki di pemilik suara di ujung telepon
soakku (untung aku punya beberapa gadget cadangan).
”Whaat??!! Papua.
Re u kidding me?. Serius nih!.”
Ternyata WWF mengundang wartawan dari Radio Deutsche Welle Jerman
untuk ikut media trip monitoring penyu Belimbing ke Papua. Nah, karena Zaki, koresponden di Jakarta harus
stand by makanya dia memintaku untuk berangkat.
Kaget dan nggak
percaya, apalagi emang dah lama ngimpiin pengin ke Papua. Kayak apa sih rasanya
menginjak dan menghirup udara Papua. Kapan ada yang gratisin ke sana..hihiiii.
Dan ternyata,
Tuhan mendengar ocehanku. Nggak lama kemudian aku iyakan saja meski persetujuan
restu dari emak cukup alot. Menurutnya, Papua itu menyeramkan dan menakutkan.
Mungkin karena ia mendengar hal-hal yang negatif di televisi tentang Papua. Aku
hanya meyakinkan bahwa aku di sana 1000% dijamin.
Tanpa pikir
panjang lagi, aku bergegas ung menyiapkan equipment yang harus kubawa mengingat
jalur ke lokasi tujuan itu butuh tantangan berat. Yang jelas baju ganti, jaket,
sendal gunung, back pack, carriel, dsb lah.
Belum lagi aku
harus segera terbang ke Jakarta karena kami akan berangkat ke Papua dengan
pesawat Wing Air pukul 05.00 pagi esok hari. Siang itu pula aku harus cari-cari
tiket pesawat. Dengan bantuan teman aku berhasil dapat tiket Garuda dan
terpaksa harus membayar mahal tiket seharga hampir Rp 900 ribu..padahal lagi
bokek (kan udah nggak jadi karyawan lagi..)...hihiiii. Apa boleh buat bukan.
Yang penting aku bisa mabur...ke Papua...
Gila juga batinku
karena cuman butuh persiapan enam jam sejak Zaki nawarin hingga aku naik
pesawat Garuda yang terakhir pada pukul 20.00)
Sampai di Jakarta,
aku memilih menginap di apartemen (sebenarnya sih rumah susun..hiii) milik Zaki
di kawasan Jakarta Barat. Lebih dekat dari bandara dibanding rumah kakak di
Pasar Minggu, jakarta Selatan.
Subuh, di bandara
beberapa tim dari WWF dan sejumlah wartawan dari media nasional (Metro Tv,
Antara, Kompas, Radio Perancis) yang ikut media trip sudah menunggu. And nggak
lama kemudian, we fly....
Pesawat berbadan
lebar cukup nyaman kami rasakan. Kami sempat transit di Bandar Udara Hasanuddin
Makasar dan makan nasi goreng keras di ketinggian 34 ribu kaki sebelum kami
tiba di Bandar Udara Domine Eduard Osok Sorong, Papua Barat.
Cuaca begitu
menggembirakan. Cerah itu artinya aman (setidaknya buatku karena pesawat nggak
akan goyang dombret. Tapiiiii....mungkin 10 menit sebelum mendarat, dari balik
corong, suara merdu pramugari meminta kami untuk mengencangkan sabuk pengaman
karena cuaca buruk.
Waaaakkk....perasaan tadi cerah, kenapa cuaca cepat
berubah...
To be continued...on part 2
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar