Pesawat yang kami
tumpangi untuk berapa lama tetap bertahan berada di ketinggian dan memilih
tidak mendarat. tidak memungkinkan dengan alasan keselamatan. Alamaak...pikiran
langsung ikut melayang bersama pesawat yang kutumpangi. Kemana arahnya..nggak
jelaas.
Apalagi ini
pengalaman pertamaku berada di dalam badan pesawat hingga berjam-jam. Aku nggak
berhitung waktu lagi. Aku nggak ingat berapa lama pesawat yang kami tumpangi
berputar-putar di atas langit Sorong yang diguyur hujan deras plus petir.
Maksudnya, hujan
mereda dan pesawat mendarat...hiii. Alhamdulillah...meski sempat beberapa waktu
merasakan ketegangan kami bertemu penjemput yang sejak tadi menunggu di
bandara. Aku nggak ingat pukul berapa (mungkin sekitar pukul 13.30 WIT).
”Itu
ucapan selamat datang...” seloroh teman dari WWF. Mungkin..hiiks
Pertama lihat
Bandara Domine Eduard Osok Sorong, toeeng..toeeenng...sedikit
membelalakkan mata dan lirak lirik orang tak dikenal yang ada disekelilingku. Rasanya
kayak di sebuah hanggar. Berbanding 180 % dengan Bandara Hasanuddin made in JK
yang lux..hiiks.
Wajah-wajah
gelappun bertaburan di bandara dan hilir mudik (ya iyalah..secara aku kan ada
di ”negara” mereka. Beberapa yang terlihat sangar ternyata potter alias si
tukang jasa angkut barang. Meski relatif kecil, lalu lintas di bandara ini
cukup ramai.
Oh ya, kalau bawa
barang, sebaiknya memang memanfaatkan jasa mereka atau kalau tidak ”akan
dipaksa”. Itu udah seperti undang-undang nggak tertulis. Seperti ”diharuskan
mengunakan jasa potter”..hiiiks
Setelah semua
barang diangkut ke mobil, ngacirlah kami ke kantor WWF Sorong. Tim WWF yang
lain sudah menunggu. Nggak cuman itu, makan siang juga sudah menanti. Nasi
padang....hahaaa.
Duh, jauh-jauh ke
Papua kok ketemunya nasi padang. Ya, maklum. Mereka nggak mau berspekulasi
dengan lidah kami, makanya yang tersedia nasi padang ala Papua..(aku jadi inget
sitkom si Minul)
Sambil menikmati
makan siang, kami mendengarkan persentasi dari tim WWF tentang lokasi yang akan
kita tuju esoknya yakni pusat peneluran penyu Belimbing.
Obrolan santai di
hotel berakhir dengan satu keputusan. Beli obat anti malaria!!!
Whaat? Kami semua
belum meminum obat penangkal itu...
Read more... on
part 3
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar