its me |
Jujur, setiap kali membaca kisah perjalanan para
backpacker dunia, aku selalu takjub. Ya, keberanian, tekad dan kegilaaan menikmati
pilihan hidupnya membuatku ngeces dan penasaran ingin mengikuti jejak gila mereka.
Mereka bukanlah backpacking yang
memanfaatkan liburan, cuti kemudian kembali ke kampung halaman. Tapi meninggalkan
rumah dan hidup nomadik dari satu tempat ke tempat lainnya secara kontinyu.
Nggak punya alamat tetap! Ya, melakukan
perjalanan tanpa beban. Asyik dan nggak ribet memikirkan tetek bengek macam
highheels, make up tebal, hengot, party, bla..bla..bla.... Bekalnya cuman tas
gendong alias ransel seberat 12 kilogram di punggungnya yang berisi pakaian
secukupnya dan keperluan lain yang memang benar-benar penting kayak baju renang
dan alat mandi, hehee.
Lalu
tinggal di hostel dan losmen murah, beli makanan di
street food, jalan kaki, naik bis atau subway, nggak ngotot membeli suvenir
dari setiap tempat yang dilewati. Bahkan mencari WiFi gratis di tempat umum
untuk browsing lokasi setempat, hingga hunting harga tiket promo dan booking
ini itu karena nggak terpaku pada tujuan
atau rute tertentu. Tapi kejeliannya juga menghasilkan kemewahan.
Terbang
tanpa mengelurkan isi dompet, naik kapal pesiar dari Amerika ke Eropa dengan
harga jauh lebih murah dibanding penerbangan
termurah. Makanan enak, pertunjukan tiap malam, dan berhenti di berbagai lokasi
eksotik di pulau-pulau di Laut Karibia, Samudra Atlantik, dan Laut Mediterania.
Meski bukan cita-cita, keinginan backpacking menggebu.
Pergi kayak kutu loncat dengan tas di punggung. Pasti keren. Nampaknya sangat
mudah dan gampang ya. Modal yang bisa ditebak sih urusan betah melek semalam
suntuk mantengin laptop untuk berburu tiket gratis.
Tapi, apakah benar begitu? Tentu saja nggak. Soal
baju emang nggak masalah, hehe. Tapi sejujurnya banyak hal yang harus
dipersiapkan dengan matang. Apalagi untuk backpacker tak bermodal harta seluas
samudra. Butuh kesabaran untuk meraih itu semua.
Ya, gaya traveling tiap orang memang berbeda.
Seperti halnya hidup. Setiap orang punya cara dan tujuan untuk memilih hidupnya.
Memilih mana yang nyaman menurut dirinya, meski kadang juga diuber-uber untuk
memuaskan kenyamanan orang lain demi imej dan gengsi.
Terus,
bagaimana bisa mendanai traveling jangka panjang mengingat nggak tahu berapa
lama dan akan tinggal dimana. Itu sama saja dengan bertanya bagaimana
menghidupi dirimu tanpa kekhawatiran? Kalau ini sih nggak hanya butuh waktu
panjang untuk menjawab tapi ribet deh mikirnya, hihii.
Sampai
pagi ini kubaca kicauan nyentil di twitter, begini bunyinya: “Aku
bersyukur keluargaku yang sederhana itu nggak pernah menuntutku mencari duit hingga
kaya. Mami bilang: yang penting kamu bekerja dengan senang hati.”
Ya, dengan senang hati apapun yang kamu lakukan dalam
hidupmu akan menjadi berarti.
-non-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar