|
Pasir Timbul Raja Ampat |
Suatu malam ketika kami bersantai di Raja Ampat Dive
Lodge, teman seperjalananku berseru
sambil menunjuk teman sekolahnya di
Birmingham bernama Michael yang kebetulan nongol di televisi.
“Yah, lompatanmu gagal lagi,” ungkapnya sedikit
kecewa kepada atlet yang tengah berlaga di sebuah kejuaraan lompat indah
tingkat dunia yang ditayangkan live di jaringan televisi berbayar.
Hmm, aku hanya bergumam setelah melihat lompatan
Michel di atas kolam. “Manuver putaran tiga kali dari tubuh lenturnya masih
dibilang gagal?”
Selintas kemudian pikiran dan ingatanku berkelana
pada rentetan peristiwa yang aku alami. Seperti Michael yang harus berjuang keras
memperebutkan medali. Beberapa bulan terakhir ini aku justru diberi berkah
kemudahan untuk membuat lompatan indah
dalam hidup. Merasakan banyak hal baru yang “wah” dan menyenangkan.
Berkah luar biasa yang justru sering kutemui dan datang
dengan tiba-tiba seperti jidat gejedot kaca ketika memasuki ruangan karena
nggak memperhatikan kondisi sekitar. Petualangan demi petualangan baru terus mempercantik lompatanku hingga beberapa
teman sering mengucap kata “ how lucky you are”.
Yes, im the lucky one karena nggak semua orang bisa
mendapat kesempatan seperti diriku. Tapi tahukah bahwa sebenarnya kesempatan itu telah kuciptakan jauh hari
meski tanpa aku sadari sebelumnya. Dan kalaupun tiba-tiba aku memanen
kesempatan itu, Alhamdulillah ya..begitu kata Syahrini, hihii.
Ya, begitupun dalam hidup. Orang hanya melihat energi
positifku menikmati lompatan indah yang
“blink-blink” itu terpancar karena orang juga nggak pernah tahu di balik
lompatan itu, aku juga sering membuat manuver salah dan “gagal” seperti yang
dialami Michael. Orang nggak melihat “how stress i am” atau betapa saya ingin
“misuh” pada orang yang sok berwibawa bermental serigala, (maaf).
Energi negatif seperti itu tentu saja harus kusimpan
sendiri atau bahkan kumuntahkan sendiri tanpa seorangpun tahu karena aku nggak
ingin mengumbar hal yang hanya akan merusak lompatan indahku.
Apalagi Bu Dwi, dosenku memberi contoh ketika
menjelaskan salah satu teori komunikasi itu
bilang “Apapun yang kita lakukan itu sudah terbaik dan yang harus kamu ingat bahwa semangat hidup
itu indah. Berpikirlah positif.”
Ya, sadarlah bahwa hidup itu indah dan tidak perlu
merisaukan hal-hal yang mengusikmu. Anggap aja itu cuman kerikil yang bisa
diisingkirkan dengan kaki. Itu hanya keringat yang bisa diseka dengan tisu.
Atau air pasang yang nanti juga akan surut lagi.
Tapi aku juga kagum dengan Om Berjoez, guide kami yang
membawa kami mengelilingi kawasan Waisai Raja Ampat itu memamerkan kebolehannya
melompat indah selepas kami menikmati pulau karang di Fainemo. Dia berdiri di
atas boa, melepas kaosnya dan sesaat kemudian memutar tubuhnya dua kali sebelum
tercebur ke air. Padahal ketinggian dari boat hingga air hanya sekitar tiga
meteran!
Dan itu membuat saya terus termenung di sepanjang
perjalanan menuju resort tempat kami menginap di pulau Mansuar. Diantara ombak
yang tergerus deru mesin boat, jutaan bintang di langit dan kerlip ubur-ubur di malam itu. What a
wonderful life…
Dan yakinlah bahwa kamu juga bisa melompat dengan
indah. Meski kadang lompatan itu nggak selalu bisa memuaskan dirimu dan orang
di sekelilingmu. (non)